Liputan5news.com - Sidoarjo. Hemodialisis merupakan proses pembersihan darah dari akumulasi hasil metabolisme tubuh. Hemodialisis ini diperuntukan bagi pasien gagal ginjal. Frekuensi Hemodialisa tergantung pada fungsi ginjal, namun sebagian besar penderita menjalani tindakan Hemodialisa sebanyak 2 kali/minggu. Kasus gagal ginjal kronis merupakan penyebab kematian tertinggi.
Untuk itu RSUD Sidoarjo sebagai rumah sakit penyandang kategori tipe A, dengan peralatan yang ada siap menampung pelimpahan pasien cuci darah dari rumah sakit lain.
Ketika awak media menemui Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Sidoarjo di ruang kerjanya. dr. Wasis Nupikso, SpOG, MKes menyampaikan setiap hari kita melakukan dialisis sebanyak 90 orang. Namun di akhir tahun 2023 setelah ada berita dari BPJS ada beberapa rumah sakit yang karena tidak memenuhi persyaratan antara jumlah mesin dengan jumlah perawat sehingga harus mengurangi pasien dialisis. Senin (15/1/2024).
"Satu kali mesin jalan membutuhkan 4 - 5 jam," tambah dr. Wasis.
Masih kata dr Wasis karena adanya pembatasan dari BPJS sedangkan hampir 100 persen pasien Hemodialisis itu menggunakan fasilitas BPJS sehingga ada beberapa rumah sakit yang belum memenuhi syarat tersebut dikurangi pasien Hemodialisis. Dampaknya ke RSUD yang sudah maksimal harus menampung luberan dari rumah sakit tersebut. Untuk antisipasi hal tersebut kita yang semula membuat jadwal dua shif akan kita buat tiga shif. Mesin Hemodialisa di RSUD ada 53 mesin dengan 36 perawat digunakan untuk 90 pasien tetap dan 85 pasien limpahan dari rumah sakit lain.
"Sebagian besar pasien Hemodialisis akibat dari gagal ginjal kronis dari hasil pemeriksaan dan laboratorium dari dokter penyakit dalam subspecialis ginjal dan hipertensi. Hal ini disebabkan karena kemampuan ginjalnya untuk memfiltrasi zat yang kotor sudah tidak bagus ginjalnya sehingga harus diganti mesin," ungkap dokter kandungan alumni Fakultas Kedokteran Spesialis Kandungan Unair Surabaya tahun 2003 ini.(Yanti)
0 Komentar