Liputan5news com - Sidoarjo. Pemkab Sidoarjo siapkan langkah mitigasi pengurangan resiko bencana dengan membekali dan melakukan sosialisasi mitigasi di desa yang masuk rawan bencana. Tahun ini Pemkab juga menambah jumlah Desa tangguh bencana (Destana) dan sekolah tangguh bencana. Upaya ini sekaligus sebagai bentuk kewaspadaan dini dalam menghadapi ancaman terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi, curah hujan tinggi disertai angin kencang dan banjir rob. Kamis (14/12/2023).
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menginstruksikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar melakukan mapping (pemetaan) daerah rawan bencana. Upaya lainnya yakni dengan mendampingi dan mensosialisasikan pengetahuan tentang mitigasi pengurangan resiko bencana kepada puluhan desa rawan bencana.
"Mapping atau pemetaan ini penting agar bisa efektif dalam melakukan mitigasi bencana, juga sebagai bentuk kewaspadaan dini dalam menghadapi segala kemungkinan terjadinya bencana," ujar Gus Muhdlor.
Bupati Ahmad Muhdlor merinci setidaknya ada 16 desa yang ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Masyarakat yang tinggal di desa rawan bencana diberikan bekal dan informasi yang cukup, langkah apa saja yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya korban jiwa maupun luka-luka apabila terjadi bencana. Setiap desa tangguh bencana memiliki kader Destana yang bertugas mensosialisasikan dan mendampingi masyarakat.
"Bencana yang perlu diwaspadai yakni bencana puting beliung dan banjir rob. Hujan disertai angin kencang biasanya mendekati akhir tahun sampai triwulan pertama awal tahun. Ini yang harus diantisipasi. Yang perlu dilakukan salah satunya dengan menebang pohon di dekat rumah yang berpotensi roboh bila diterjang angin kencang," terangnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo memasukkan sejumlah kecamatan dalam peta rawan bencana hidrometeorologi, diantaranya Kecamatan Jabon, Krian, Taman, Waru, Sedati, Buduran, Tanggulangin dan Porong. Dari data BPBD Sidoarjo ada 28 desa yang masuk kategori rawan bencana hidrometeorologi.
"Destana atau desa tangguh bencana dibentuk dengan titiknya ada sejumlah wilayah kecamatan. Desa tersebut masuk dalam peta rawan bencana. Saya minta BPBD memberikan wawasan dan pendampingan tentang pentingnya mitigasi bencana kepada pemerintah desa maupun kader Destana," imbuh Gus Muhdlor.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito menyebutkan desa yang masuk dalam Desa Tangguh yaitu 4 desa di Kecamatan Jabon (Semambung, Kupang, Kedungpandan, Kedungrejo Kecamatan Jabon), 5 desa di Kecamatan Waru (Tambaksumur, Tambakrejo, Kepuhkiriman, Bungurasih, Wedoro), 3 desa di Kecamatan Porong (Pesawahan, Candi Pari, Wunut), 2 desa di Kecamatan Sedati (Kalanganyar, Segorotambak, , 1 desa di Kecamatan Krian (Terungkulon) dan 1 desa di Kecamatan Taman (Tanjungsari).
Dwijo menjabarkan kader Destana ini wajib memiliki tiga hal dasar. Yakni harus mewujudkan tanggap bencana yang ada di wilayahnya, terdepan jika terjadi bencana, dan mampu melakukan proses pemulihan.
“Kader Destana juga kita dorong berperan dalam meneruskan ilmunya kepada masyarakat lainnya. Sehingga masyarakat bisa menganalisa dan mengantisipasi bencana bencana yang mungkin terjadi. Targetnya, masyarakat mampu mengkaji, menganalisis, mengurangi risiko-risiko di wilayah masing-masing dengan sumber daya lokal,” terangnya.
Sosialisasi dan pemahaman mitigasi bencana tidak hanya tidak hanya diberikan kepada kader Destana. BPBD juga memberikan pemahaman siaga bencana kepada sekolah-sekolah.
"Total ada 84 sekolah yang sudah dibentuk menjadi sekolah tangguh bencana. Para guru dan siswanya mendapatkan bekal mitigasi resiko bencana dari BPBD. Sekolahannya tersebar di Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Waru, Kecamatan Porong, Kecamatan Sedati, Kecamatan Jabon, Kecamatan Krian, Kecamatan Taman, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Tulangan," pungkasnya. (Yanti)
0 Komentar