Liputan5news.com Lumajang - Viral di media Sosial Facebook tentang keluhan wali murid menanyakan siapa yang membuat ide wisuda di tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK dan juga meminta jawaban yang logis dan bermanfaat untuk anak TK, SD, SMP, SMA yang di wisuda, unggahan tentang orang tua yang membayar sekolah mahal perpisahan pakai segala cara wisuda.
Mirisnya lagi saat siswa meminta untuk ikut wisuda kepada orang tuanya dengan pembiayaan yang sangat besar hingga orang tua rela meminjam uang kepada tetangga dan bank plecit/bank titil harian demi anaknya yang mau mengikuti wisuda.
“yang kasih ide awal WISUDA DI PAUD TK SD SMP SMK SIAPA SI ??? heran makin tahun makin NINGKAH. kasian ke ortunya dah mah bayar sekolah mahal perpisahan pake segala
acara wisuda di tempat anu bayar sekian pake jas pake kebaya make up iya kalau ortu nya punya si gampang tinggal nyewa BERES lah kalau ortu yg ga punya gimana ??? Sampe ada yg maksa ke ortunya, sampe ngemaki, ngemarahin ortu, eh mikir ga si ortu nyekolahin kamu aja mash untung di tambah bebanWISUDA. Please, kembalikan lagi ZAMAN PERPISAHAN BUKAN WISUDA, KASIAN ORANG TUA MURID sampe ada yg rela nyuri, minjem ke bank keliling, minjem kemana pun asal anaknya ikut kaya temen sebaya nya duh beneran greget aku mah WISUDA ITU KHUSUS UNTUK KULIAH.
Ngeluarin unek? ortu murid minjem uang ke aku nangis? karna anaknya ngamuk minta di beliin buket nyewa kebaya dan make up kalau ada salah kata MAAF A G) Maaf saya bikin status bukan untuk ngegiring opini / provokasi tapi untuk edukasi kedepannya, supaya tidak ada ortu yg sedih anaknya naik” dalam unggahan “YA” yang di bagikan di Info kecelakaan hari ini. Rabu (21/06/2023).
Sementara di tempat terpisah Drs Agus Salim, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menyikapi hal tersebut. Dirinya mengikuti perkembangan maraknya protes hingga ke kementrian terhadap kegiatan wisuda yang di lakukan di sekolah dari tingkat PAUD TK SD SMP hingga SMA/SMK.
“Iya jadi saya juga mengikuti perkembangan terkait maraknya protes ke kementrian terhadap kegiatan wisuda, nah bagaimana sikap kita di kabupaten lumajang saya ingin kembali ke tahun silam dulu, di era tahun 90an itu sudah ada yang namanya pelepasan siswa dari sekolah ke orang tua itu di laksanakan cukup sederhana enak dengan penuh sakral, ada nilai sakralnya karena sekolah mengembalikan putra putrinya ke orang tuanya dilaksanakan di sekolah pakai terop yang tidak punya gedung, yang punya gedung pakai gedung sendiri, dengan baju yang cukup sederhana ya nyewa baju baju daerah gitu sudah begitu berjalan bagus”. Ujarnya
“ya namanya bergeser terus bergeser dari tahun ke tahun mulai ada pergeseran suasana pelepasan ada yang menamakan wisuda, saya sependapat yang namanya wisuda itu untuk mahasiswa dan saya melihat dalam kegiatan ini cukup menyita segalanya, waktu ya, pikiran ya, uang ini yang orang tua juga berat untuk ini, apalagi di kota kota besar yang bahkan di laksanakan di hotel-hotel di gedung-gedung mewah dengan pakai baju khas kayak mahasiswa itu ya toga, TK kayak begitu”. Ujarnya lagi
Agus Salim menyadari jika orang tua protes akan tetapi menurutnya di lumajang masih belum sejauh itu, di lumajang di mungkinkan hanya menyewa di gedung Sujono, untuk busana hanya mengenakan khas daerah, pihaknya juga akan menyikapi di tahun depan di harap pelepasan siswa dapat di lakukan seperti era zaman dulu tidak pakai pakaian toga, tidak ada paksaan untuk pembayaran pelepasan, sekolah di harap transparan.
“ya saya menyadari kalau orang tua protes saya juga mengiyakan juga, tapi di lumajang belum sejauh itu ya di lumajang paling ya nyewa gedung Sujono dan berbusana daerah biasa, Oleh karena itu saya menyikapi ini kedepan saya berharap untuk kegiatan pelepasan bukan wisuda ya, pelepasan kelas 9 atau yang lain dapat di lakukan secara sederhana di sekolah sendiri dengan penuh keterbukaan ya pokoknya kembali ke seperti dulu lah yang penting kan melepas bukan pestanya, saya berpendapat bahwa kedepan insyaalloh lumajang akan kemebali ke semula seperti zaman dulu tidak semewah mewah tidak bayak duwit (uang) tidak ada paksaan, dilaksanakan layaknya seperti era zaman dulu enak dan tidak ada lagi pakaian wisuda toga”. Tegasnya (Rhm)
0 Komentar