Liputan5news.com Sidoarjo - Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur terus mengkampayekan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Tingginya angka pernikahan dini di Jawa Timur pada tahun 2022 membuat Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur mengandeng insan jurnalis untuk mengkampanyekan pencegahan pernikahan dini.
Kordinator Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Sukamto mengatakan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi melalui program Kesehatan Reproduksi Remaja melalui Program Generasi Berencana (GenRe) yang tujuannya adalah Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) melalui Promosi PUP melalui Usia ideal menikah yaitu minimal Wanita ≥ 21 Tahun dan Pria ≥ 25 Tahun, Penyediaan Informasi Kesehatan Reproduksi melalui Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK/R) dan pencegahan TRIAD KRR atau Katakan tidak pada nikah dini, katakan tidak pada seks pra nikah dan katakan tidak pada NAPZA.
“Data Dispensasi Kawin berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Bulan Januari - Agustus 2022, bahwa jumlah perkara diterima 10.275 Kasus dan dikabulkan 9.863 Kasus atau 96%,” kata Sukamto di, Surabaya, (29/12).
Sukamto menambahkan ada 10 Kabupaten/Kota yang tertinggi Pernikahan Dininya adalah Jember (880), Malang (845), Kraksaan (770), Lumajang (566), Banyuwangi (563), Bondowoso (471), Pasuruan (464), Bojonegoro (369), Situbondo (346) dan Kediri (346).
“Memang secara penelitian belum ada yang meneliti tentang pengaruh tingginya angka pernikahan dini dengan tingginya angka stunting. Namun, dari data Pengadian Tinggi Agama Surabaya (DP3AK) dengan hasil SSGI tahun 2021 angka stunting Jawa Timur ada 10 kabupaten/kota dengan angka stunting tinggi antara lain Bangkalan (38, 9), Pamekasan (38,7), Bondowoso (37,0), Lumajang (30,1), Sumenep (28,0), Surabaya (27,4), Kabupaten Mojokerto (25,7).
Hingga saat ini BKKBN telah menggalakkan beberapa program yang akan dilakukan untuk mencegah stunting, antara lain, program perencanaan kehamilan untuk menjaga jarak kehamilan yang juga menentukan kualitas anak, dan program perencanaan pra nikah.
"Perencanaan keluarga sangat berperan penting untuk mengurangi angka stunting, termasuk perencanaan keluarga baru atau perencanaan calon pengantin," ujarnya.
Pendekatan tersebut perlu dilakukan sejak dini, dari hulu memberi konseling pra nikah mencegah terjadinya stunting memberi pemahaman tentang kesehatan reproduksi, termasuk persiapan psikologi dan ekonomi.
Sementara itu, Pakar Unair, Dr. Suko Widodo mengungkapkan salah satu upaya mengurangi pernikahan dini untuk mencegah stunting bisa dilakukan dengan edukasi di segala lini masyarakat.
"Pemberitaan media massa juga menjadi salah satu media edukasi saat ini. Apalagi media saat ini tak hanya berbasis cetak, tetapi juga hingga ranah media sosial yang kini akrab di masyarakat," urainya.
Menyasar edukasi lewat media sosial juga akan lebih tepat dilakukan sesuai dengan sasaran BKKBN yaitu anak-anak muda.(Yanti)
0 Komentar