Liputan5news Pasuruan - Sejumlah warga desa Kebotohan, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan mengembalikan puluhan sak beras hasil bansos Bantuan Tunai Non Pangan (BNPT) ke rumah kepala desa pada Minggu (06/03/2022) .
Selain itu, diduga warga juga keberatan karena diwajibkan untuk membelanjakan BNPT senilai Rp 600 ribu ke agen-agen yang dipilihkan oleh kepala desa. Menurut seorang warga bernama Rahmawati (33), hingga saat ini sudah ada total 65 sak beras yang dikembalikan.
“Kemarin ada 35 sak beras yang dikembalikan di rumah kepala desa. Kalau hari ini ada sekitar 30 sak, jadi totalnya ada 65 sak beras yang dikembalikan karena kualitasnya buruk,” ujar Rahmawati.
Ia mengungkapkan jika alasan warga mengembalikan beras karena ada perbedaan kualitas beras yang didapat. Menurutnya, kualitas beras tahap pertama lebih murah dan dibawah dari kualitas beras yang diterima warga lain tahap kedua.
“Berasnya jelek dan kalau dimasak tidak enak, harganya juga murah sekitar Rp 215 ribu per dua puluh kilo. Sedangkan sewaktu tahap kedua warga dapat beras lebih bagus,” imbuhnya.
Selain itu, warga juga mengeluhkan jika ada perbedaan jumlah telur yang diterima. Rahmawati menambahkan jika tahap pertama bantuan warga hanya dapat dua kilogram telur.
Sementara warga lain di tahap kedua mendapat 4 kilogram telur. “Saya dapat bantuan ini sudah 4 tahunan, kan lebih enak kalau bantuan diserahkan dalam bentuk uang, terus dibelikan sendiri sesuai kebutuhan. Yang penting ada bukti struknya. Pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kebotohan,Muhammad Ziaul Haq mengaku, bahwa dirinya tidak pernah memaksa warganya untuk membeli beras di agen yang dikelola tiap ketua kelompok Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
“Saya hanya mengarahkan kalau mau beli di masing-masing kelompok KPM monggo. Saya niatnya membantu dan memastikan kalau bantuan benar-benar dibelikan sembako bukan yang lain,” elaknya.
Ziaul juga membantah jika kualitas beras yang disalurkan tidak layak konsumsi. Terkait perbedaan jumlah telur yang didapat warga, ia berdalih jika hal itu disesuaikan dengan harga beras tahap kedua yang lebih murah.
“Itu yang tahap selanjutnya kan harga berasnya lebih murah, jadi biar pas saya tambah telurnya jadi 4 kilogram,” jelas Ziaul sang kepala desa Kebotohan.
Ditempat berbeda, Nahroji koordinator pendamping program keluarga harapan (PKH) kabupaten Pasuruan dikonfirmasi (7/3), tentang dikembalikanya beras bantuan pangan non tunai (BPNT) oleh warga penerima ke rumah kepala desanya karena kualitas dinilai jelek,mengarahkan agar langsung konfirmasi pada Dinas Sosial kabupaten pasuruan dengan alasan pendamping PKH tidak menangani BPNT. " Mohon maaf mas, njenengan langsung konfirmasi Dinsos saja...PKH tdak menangani BPNT . Ungkapnya singkat via whatsapp. (Zei)
0 Komentar