Kyai Idris (Gus Idris) bin KH. Abdul Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Panggung Rejo kota Pasuruan |
Liputan5news Pasuruan - Haflatul imtihan adalah salah satu tradisi dari para alim ulama para pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang sampai saat ini tetap membudaya di lingkungan pondok pesantren. Adanya majelis ilmu dan silaturahim di dalamnya patut disyukuri oleh para wali santri dan dewan guru pada lingkungan pesantren.
Hal ini juga seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren besutan tokoh ternama di pasuruan KH. Abdul Hamid bin Abdulloh,yakni ponpes Salafiyah Kecamatan Panggung rejo kota pasuruan yang memperingati HAFIAH IMTIHAN WISUDA 3 ALIYAH MUADDALAH dan TPQ, PP SALAFIYAH, Minggu 20 /3/ 2022 .
Tampak Haflah imtihan kali ini dihadiri oleh ratusan undangan dari tokoh masyarakat,pejabat dan TNI/POLRI serta wali santri tampak hidmat mengikuti acara sejak pukul 08.00 wib hingga selesai.
Pengurus yang juga pimpinan yayasan Pondok Pesantren Salafiyah, Gus Najib pada sambutannya menyatakan bahwa hari ini sudah terbentuk forum pesantren muadalah yang terdiri dari seluruh pesantren salafiyah di Indonesia.
Sementara di ponpes salafiyah sendiri pendidikan Muadalah di mulai sekitar tahun 2007."di pasuruan ada 2 model pendidikan muadalah yakni di ponpes Salafiyah dan Ponpes Sidogiri,dan berkat perjuangan ponpes salafiyah atau muaddalah muncul undang undang pesantren seperti saat ini. Hal ini merupakan apresiasi pemerintah atas sumbangsih Pondok Pesantren dalam pembangunan, utamanya pembentukan karakter dan ahlak manusianya. Ungkapnya.
Gus Najib menambahkan bahwa penyelenggara pesantren muaddalah adalah pesantren yg tidak menyelenggarakan pendidikan formal seperti halnya di ponpes salafiyah yang saat ini meluluskan sekitar 30 anak Aliyah Muaddalah tahun 2022.
Sejalan dengan yang di sampaikan Gus Najib, sebagai ketua yayasan.KH.Idris Abdul Hamid selaku pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah pada sambutannya dihadapan ratusan peserta Haflah imtihan mengucapkan terimakasih atas antusiasme wali santri dalam keistiqomahanya untuk mendidik anaknya di ponpes salafiyah sebagai wujud komitmen dalam membentuk karakter manusia yang berilmu, bertakwa dan berpengetahuan demi mengisi pembangunan dimasa depan lebih baik.
"Hari ini tidak ada dikotomi atau perbedaan pendidikan antara pondok pesantren salafiyah dengan pendidikan formal lainnya di Indonesia. Oleh karenanya setelah menempuh pendidikan di ponpes salafiyah para santri bisa melanjutkan pendidikan formal lainya di perguruan tinggi sesuai dengan kapasitas dan cita citanya. Terangnya.
Kiyai Idris Hamid (Gus Idris) putra KH. Abdul Hamid (Mbah Hamid) Kota Pasuruan ini menjelaskan bahwa hari ini ada 2 anak santri salafiyah yang berangkat ke Mesir dengan Beasiswa seperti juga tahun sebelumnya, hal ini merupakan bentuk pengakuan negara dan dunia terhadap pendidikan pesantren salafiyah. "Oleh karenanya pada wali santri tidak usah ragu terhadap stigma Pondok Pesantren salafiyah itu kolot, karena kita sudah membuktikan bahwa lulusan pesantren sama dengan lulusan pendidikan formal lainya.
" Jadi tergantung seperti apa kemauan dan dukungan bapak, ibu selaku wali santri ingin seperti apa anak anaknya nanti, apa mau jadi Dokter,insinyur atau pejabat dan lainnya.
Jelas Kyai Idris yang mendapatkan perhatian serius dari peserta peringatan imtihan yang rata rata terdiri dari wali santri. (Zei)
0 Komentar