Liputan5news Sidoarjo - Kejadian erupsi Gunung Semeru beberapa hari yang lalu, tepatnya Sabtu Sore (4/12) membuat mata publik fokus pada Kabupaten Lumajang. Bantuan dari berbagai daerah berdatangan di Kabupaten Lumajang, karena daerah ini yang paling terdampak dan menimbulkan puluhan korban jiwa, ribuan warga ikut diungsikan ke tempat yang dinilai aman, karena pasca erupsi pertama masih ada susulan dengan skala lebih kecil.
Sidoarjo termasuk salah satu daerah yang mengirimkan bantuan setelah 3 hari kejadian erupsi. Senin pagi (6/12) Pemkab Sidoarjo mengirim tujuh tenaga medis, beserta obat-obatan. Besoknya, hari Selasa (7/12) Rombongan PKK Sidoarjo yang dipimpin Ketuanya, Sa'adah Muhdlor datang langsung ke lokasi pengungsian di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang dengan membawa bantuan sembako dan mainan anak-anak.
Selang satu Minggu kemudian, tepatnya hari Selasa, (14/12) Pemkab Sidoarjo kembali mengirim bantuan uang tunai senilai 575 juta rupiah yang dikumpulkan dari donasi Forkopimda dan pegawai ASN dan Non ASN di lingkungan Pemkab Sidoarjo.
Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor kepada Bupati Lumajang Thoriqul Haq di Pendopo Arya Wiraraja, Kabupaten Lumajang.
Saat berkunjung ke Pendopo Arya Wiraraja inilah Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengajak Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor melihat-lihat barang bersejarah yang ada di dalam pendopo. Salah satunya adalah tempat tidur kuno. Menurut cerita Thoriq tempat itu merupakan peninggalan Arya Wiraraja, penguasa pertama wilayah Lumajang sekaligus pernah menjadi penasehat Kerajaan Singosari.
Tempat tidur kuno yang berada disalah satu ruang kamar utama Pendopo itu dipenuhi dengan ornamen ukiran yang menarik perhatian Bupati Sidoarjo. Putra KH. Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) pengasuh Ponpes Progresif Bumi Sholawat, Desa Lebo itu memang memiliki ketertarikan dengan sejarah masa lalu, terutama sejarah kerajaan. Karena di Sidoarjo sendiri merupakan daerah yang kaya dengan sejarah. Seperti sejarah kerajaan Jenggala yang diyakini pusatnya ada di wilayah Sidoarjo.
Terbuat dari kayu Jati tua dan masih terlihat kokoh menandakan kalau tempat tidur Arya Wiraraja itu dirawat dengan baik oleh Pemkab Lumajang. Dari sisi artisitik dan seni nampak mewah pada zamannya. Hanya sebagian kecil saja yang diperbaiki dengan sedikit sentuhan dan tambahan kayu Jati baru.
"Ini peninggalan sejarah yang memang harus dijaga. Sejarah masa lalu patut dipelajari dan menjadi cerita bagi peradaban masa sekarang dan masa depan," ucap Muhdlor.
Diperkirakan usia tempat tidur penguasa Lumajang itu sudah berumur lebih dari 700 tahun. Arya Wiraraja berkuasa di Lumajang pada abad 13 Masehi. Sebelum menjadi penguasa Lumajang, Arya Wiraraja sempat menjadi Adipati Sumenep Madura.
"Arya Wiraraja ini sosok yang cerdas dan pekerja keras, seperti halnya Airlangga pendiri kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Jenggala. Dua tokoh menjadi kebanggaan daerah masing-masing. Peninggalan Airlangga yang paling fenomenal di wilayah Sidoarjo adalah membuat 7 (tujuh) bendungan air (bendungan Wringin Pitu) untuk mengaliri lahan pertanian. Tinggal sekarang ini, kita yang menjadi generasi penerus ini menjaga dan melestarikan yang dulu dengan susah payah dibangun," jelas Bupati muda alumni Unair Surabaya itu.
Berbeda dengan Sidoarjo, di Lumajang ada petilasan Arya Wiraraja yang berada di Dusun Biting, Desa Kutorenon Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lamajang. Dikomplek situs Biting ini banyak dipenuhi makam-makam kuno, salah satunya diyakini masyarakat Lumajang adalah makam Arya Wiraraja.
Sedangkan petilasan Airlangga diyakini masyarakat berada di Gunung Penanggungan, salah satunya adalah Situs Jolotundo, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Sedangkan jejak Raja Airlangga di Sidoarjo dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan prasasti, seperti Prasasti Kamlagyan di Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian. Prasasti Kamlagyan dibuat Airlangga tahun 1037 Masehi atau 959 Saka. (Yanti)
0 Komentar