Liputan5news Sidoarjo - Menumpuknya sampah disepanjang jalan Kemlaten, Dusun Kemlaten Desa Ental sewu Kecamatan Buduran menjadi perhatian Wakil Bupati Sidoarjo Subandi. Saat disidak Subandi terlihat sampah plastik bercampur sampah rumah tangga memenuhi hampir separuh jalan yang menghubungkan Desa Sidokepung dan Desa Entalsewu. Wabup Subandi minta kepada para kepala desa agar segera melakukan Musyawarah Desa (Musdes) membahas penanganan persoalan sampah ditingkat hulu dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Rabu, (6/10/2021).
Selain mendapatkan teguran, Kepala Desa Entalsewu, Sukriwanto diminta Wakil Bupati Subandi untuk segera mencari solusi penanganan sampah di desanya. Salah satunya segera melaksanakan Musdes dan membentuk KSM agar penanganan sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) agar sampah bisa pilah sebelum dikirim ke TPA Jabon.
“Kita melihat seperti ini harus ada solusi, kepala desa harus bertanggung jawab dengan kondisi sampah yang ada di desanya, harus ada musyawarah desa mencari solusi bagaimana persoalan sampah di Sidoarjo harus selesai. Kita butuh tempat untuk pemilahan. Setiap hari pun diangkut truk kalau tidak dilakukan pemilahan sebelum diangkut ke TPA Jabon, ini tidak akan selesai,” ujar Wabup Subandi.
Bukan hanya Kades Entalsewu saja yang diminta Subandi membentuk KSM tapi ini berlaku bagi semua kepala desa agar segera menyelenggarakan Musdes membahas solusi penanganan sampah. Subandi mendorong agar Kades tidak hanya membuat laporan saja tanpa adanya solusi.
Tahun ini pemkab Sidoarjo melalui anggaran tambahan PAK 2021 sudah mengalokasikan dana untuk pembelian alat pengolahan sampah yang akan ditempatkan ke TPS – TPS Desa.
“Anggaran PAK tahun 2021 banyak dialokasikan untuk pembelian alat pengolahan sampah, tiap-tiap desa harus ada TPST nya. Kalau itu betul-betul dilakukan minimal mengurangi penumpukan sampah yang ada di TPA Jabon,” terangnya.
Sementara itu, Sigit Setyawan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) menyampaikan setiap harinya TPA Jabon menerima 460 Ton sampah perhari. TPA Sanitary Landfill direncanakan mulai beroperasi tahun 2020 kemarin karena sebab adanya pandemi itu berdampak pada penyelesaian konstruksi Sanitary Landfill.
“Tiap hari sampah yang masuk di TPA Jabon sebelum pandemi 460 Ton. Sementara itu operasional Sanitary Landfill yang direncanakan mulai beroperasi bulan Juni 2020 mundur akibat adanya pandemic Covid-19. Ini karena TPA Sanitary Landfiill dibangun dana dari Jerman, tenaga ahlinya juga dari Jerman dan peralatannya juga diimport dari Jerman. Dengan adanya lockdwn di Jerman berpengaruh pada progres penyelesaiannya,” kata Sigit.
“Direncanakan desember 2021 ini sanitary Landfill sudah selesai,” tambahnya.
Sigit menjelaskan, antara Juni 2020 sampai Desember 2021 ini berpengaruh pada pengelolaan TPA Jabon. Penumpukan sampah di TPA Jabon diakibatkan karena sampah dari langsung diangkut ke TPA tanpa melalui pengolahan atau pemilahan terlebih dahulu.
“Kami mengevaluasi semua TPS yang masuk ke TPA itu kita evaluasi. Evaluasinya sesuai dengan kebijakan DLHK bahwa semua sampah yang masuk dari TPS harus dilakukan pemilahan, harus dilakukan pengurangan sampah untuk mengurangi volume sampah di TPA Jabon,” tambahnya. (Yanti)
0 Komentar