Suwito Adi, Kadinsos Kabupaten Pasuruan saat memberikan bantuan pada anak-anak yang ditinggal orang tua akibat Covid 19, di UPT . Layanan dukungan psikososial |
Liputan5news Pasuruan - Wabah virus corona membuat banyak anak-anak harus kehilangan kedua orang tuanya.
Termasuk di Kabupaten Pasuruan. Pemkab Pasuruan melalui Dinas Sosial (Dinsos) mencatat ada 77 KK (kepala keluarga) yang meninggal dunia akibat Covid-19. Sehingga membuat anak-anaknya menjadi yatim piatu.
Oleh karenanya, Pemprov Jatim membentuk Layanan Dukungan Psikososial (LDP) anak yang disebarluaskan ke semua Kota/Kabupaten di Jawa Timur.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pasuruan, Suwito Adi mengatakan, layanan ini adalah bagian dari wujud kepedulian agar mereka yang sudah tak punya bapak ibu ini tidak menjadi anak terlantar.
Dalam konteks di lapangan, pemerintah menawarkan pengasuhan alternatif, di mana anak-anak ini akan dirawat di UPT Pengasuhan Anak milik Pemprov Jatim ataupun LKSA (Lembaga Kesejahteraaan Sosial Anak) Mandiri di Kabupaten Pasuruan.
"Ini adalah bentuk perhatian dari pemerintah agar anak-anak dari ortu yang meninggal karena Covid-19 tidak sampai terlantar. Wujudnya dalam bentuk pengasuhan alternatif," kata Suwito, saat ditemui di kantornya, Jumat (06/08/2021) siang.
Selama menjalani pengasuhan alternatif, seluruh kebutuhan dasar anak tersebut akan dicukupi. Mulai dari makan minum, tempat tinggal pakaian dan perhatian lainnya.
Untuk di Kabupaten Pasuruan, total ada 37 LKSA Mandiri yang sudah terakreditasi. Sedangkan UPT Pengasuhan Anak milik Pemprov Jatim tersebar di beberapa daerah seperti Situbondo, Madura dan kota/kabupaten lainnya.
Kata Suwito, anak-anak yang masuk dalam kategori ini berusia mulai dari 0-18 tahun, di mana mereka belum cukup umur untuk memiliki penghasilan dari bekerja. Sedangkan LDP anak akan berakhir ketika si anak sudah taman SMA/SMK/MA.
"Semua kebutuhan dasar dipenuhi sampai lulus sekolah menengah atas. Ini adalah penawaran yang bisa diberikan kepada keluarganya," singkatnya.
Hanya saja, meski program ini sangat efektif, namun segala keputusan mau tidaknya anak mengikuti pengasuhan alternatif, tergantung dari jawaban keluarga besar anak tersebut. Dijelaskan Suwito, program LDP ini lebih pada membantu meringankan beban keluarga yang harus memenuhi kebutuhan hidup anak yang bukan darah daging mereka.
"Kalau keluarganya tidak mau, kami juga tidak memaksanya. Tapi kalau berkenan, maka kami juga siap untuk mengasuh anak-anak ini," tegasnya.
Diakuinya, selama pengasuhan, ada para petugas yang siap untuk mendampingi para anak korban Covid-19. Khususnya membuat mereka terhibur dan bersemangat untuk melanjutkan pendidikan dan kehidupannya hingga dewasa.
"Kalau kasih sayang memang tidak bisa tergantikan. Tapi minimal kami menghibur mereka semua yang pasti sangat sedih ketika ditinggal ortu untuk selama-lamanya," tutupnya (Zei/Dre)
0 Komentar