Liputan5news Pasuruan - Petani Mangga Klonal 21 alias mangga alpukat di Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan mulai panen raya.
Salah satunya ada di Kampung Mangga Alpukat di Desa Oro-Oro Ombo Kulon. Pembeli bisa memilih sesuka hati, mangga mana yang diingini dan menikmati langsung buah petik pohon di bawah rindangnya pepohonon
Kepala Desa Oro-Oro Ombo Kulon, Hariyono mengatakan, bulan juli ini, banyak petani yang mulai memanen mangga alpukat. Dan puncaknya pada bulan agustus dan September, di mana ada 346 hektar kebun mangga yang dimiliki oleh semua petani di desa ini. Untuk sekali panen dalam satu pohon bisa menghasilkan hingga 3 kwintal mangga.
“Kalau sekarang masih belum. Puncaknya bulan agustus dan September. Di Desa kita ada kurang lebih 346 hektar yang dipunyai 8 kelompok. Kalau 1 kelompok beranggotakan mulai dari 9-20 orang,” kata Hariyono, di sela-sela kesibukannya, Rabu (21/07/2021).
Begitu banyaknya mangga yang diambil dalam sekali panen, membuat Kampung Mangga di Desa Oro-Oro Ombo Kulon menjadi jujukan wisatawan saat musim panen tiba. Apalagi pada saat seperti ini, kampung mangga disulap menjadi lebih asri, ditambah suasana alam pedesaan yang lekat dan masakan khas desa yang enak dan murah.
“Orang yang datang ke sini karena kenyamannya. Makan mangga di bawah pahon mangga. Alam asri tidak ada polusi, ditambah suasana desa plus masakan enak dan murah, dan mangga bisa dipetik langsung dari pohonnya dan beli di tempat asalnya,” terangnya.
Mangga alpukat di Kecamatan Rembang memang terkenal berbeda dengan mangga pada umumnya. Selain cara makannya diputar hingga biji dan daging terpisah kemudian dimakan dengan sendok. Mangga di desa oro-oro ombo juga sangat berkualitas, tahan lama dan rasanya, dijamin sangat enak.
“Kalau kualitasnya sudah pasti unggulan. Mangga ini juga tahan lama dan rasanya sudah pasti sangat enak. Manis dan kenyal,” ungkapnya.
Selain buah mangga, Kampung Mangga juga menyediakan banyak makanan yang berbahan dasar mangga. Ini jelas, untuk memanjakan siapa saja yang ingin datang ke sana. Ditanya omsetnya, dalam satu hari bisa menghasilkan antara Rp 7 sampai 9 juta.
“Dulu awal berdirinya kampung mangga ini, omset awal masih sedikit di bawah Rp1 juta. Tapi kalau sekarang jangan ditanya, sebelum PPKM Darurat bisa sampai Rp 7-9 juta,” akunya.
Untuk bisa membangun Kampung Mangga seperti sekarang, Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo Kulon melalui Dana Desa, secara bertahap telah menggelontorkan anggaran. Kata Hariyono,total sudah Rp 400 juta yang telah dihabiskan demi bisa mengembangkan kampung ini jadi lebih menarik.
“Dulu gak banyak, karena gak sampai 100 juta. Kalau tahun ini kita 300 juta untuk pengembangna warung, café mangga. Termasuk peralatan khas, gazebo,musholla dan souvenir berupa cangkir berbentuk mangga yang kita hadirkan,” jelasnya.
Dengan semakin populernya Kampung Mangga di Desa Oro-Oro Ombo Kulon, besar harapan dari Pemdes setempat agar ada sentuhan bantuan. Dan hasilnya, Pemerintah Pusat melalui Kementrian Desa tertinggal memberikan bantuan Rp 75 juta untuk pelatihan SDM, serta CSR salah satu perusahaan rokok yang memback up dalam membangun rumah etalase oleh-oleh.
“Bantuan dari Kemendes Rp75 juta sudah diberikan untuk pengembangan termasuk pelatihan SDM dan UMKM. Ada pula Sampoerna untuk Indonesia yang juga membantu pembangunan rumah etalase,” tegasnya.
Kini, untuk menjaga keberlangsungan Kampung Mangga sebagai sentra jujukan wisata mangga, segala pengelolaannya diserahkan Bumdes. Harapannya, banyak warga yang semakin diberdayakan.
“Semuanya diserahkan Bumdes Klonal 21. Ini dari gagasan awal dari Pemdes dan Pokdarwis sebagai bentuk usaha agar dikelola dan dikembangkan. Ada 24 warga yang kita pekerjakan,” tutupnya. (Zein/Dre)
0 Komentar