Liputan5News.com Probolinggo - Sudah lewat dua belas hari sejak banjir pertama yang terjadi 28 Maret 2021 kemarin, tebing penahan air (TPA) yang longsor penyebab tumpahnya air sungai Kedunggaleng ke pemukiman warga di desa Dringu belum tersentuh penanganan pihak pemerintah.
Sejauh ini warga di sekitaran lokasi runtuhnya TPA tersebut masih memperbaiki secara manual dengan peralatan seadanya, seperti menancapkan bambu dan menutup rongga yang menjadi jalan tumpahan air sungai dengan potongan ranting pohon.
Tidak hanya satu titik, TPA yang selama ini melindungi warga dari tingginya kiriman air dari daerah dataran tinggi seperti Bantaran, Kuripan, hingga Bromo itu runtuh di empat titik, hal ini menyebabkan potensi banjir yang lebih besar bakal terjadi jika kiriman air dengan volume besar terjadi lagi.
"Tidak mengurangi rasa terima kasih kepada pemerintah atas perhatiannya, namun penyebab utama tumpahnya air dari sungai belum tersentuh, bantuan bentuk sosial memang sangat penting mengingat kondisi rumah sudah tidak bisa dipakai untuk beraktifitas, namun yang lebih penting penyebab utama harus di tangani juga." Kata Samsul warga setempat saat ditemui tim redaksi liputan5news.com, selasa (10/03/2021)
Bawon warga yang rumahnya tak jauh dari bantaran sungai juga mengatakan, musim penghujan masih berlanjut tentunya potensi banjir masih sangat mungkin terjadi, jika TPA yang longsor belum terbenahi maka musibah ini akan terus berlanjut.
"Sebenarnya yang diinginkan warga adalah penanganan pada TPA yang longsor, jika tidak maka seperti mengisi karung kosong. Musim hujan masih berlanjut, tentu banjir masih ada, jika ada pembenahan pada TPA setidaknya akan meminimalisir musibah". Ucap Bawon.
Untuk diketahui, setelah banjir susulan yang ketiga, kondisi warga terdampak banjir desa Dringu begitu semakin menghawatirkan, sejumlah rumah mulai ditinggalkan penghuninya. Hal ini di karenakan bertambahnya jumlah TPA yang longsor di bantaran sungai semakin banyak. Mereka khawatir, banjir susulan dengan arus yang lebih besar mengancam jiwa keluarganya. (cahyo)
0 Komentar