Liputan5news.com Probolinggo - Kasihan, mungkin itu yang terlintas ketika mendengar pengakuan korban banjir Dringu saat iuran untuk beli bahan bakar alat berat jenis bulldozer.
Hal itu terjadi di desa Dringu dusun Rt.01/02 dusun Gandean - Ngemplak. Kawasan yang hanya berjarak beberapa meter dari aliran sungai Kedunggaleng itu sala satu daerah paling parah terdampak banjir, satu bangunan rumah roboh dan beberapa bangunan pagar tembok juga lumer diterjang derasnya arus banjir.
Tidak hanya lumpur, tumpukan pasir juga sala satu material ditinggalkan banjir yang empat kali merendam desa Dringu. Ketebalan pasir di halaman dan jalan rumah warga mencapai hampir satu meter.
Di ceritakan Irawan (45) warga setempat, melihat banyaknya timbunan pasir dengan kondisi tubuh yang lelah, sudah tidak mungkin menyingkirkan dengan tenaga manual.
Hingga salah satu warga setempat berinisiatif meminjam bulldozer di jasa transportasi tempatnya bekerja.
Namun setelah alat berat yang berguna untuk meratakan atau mendorong material tanah itu berhasil didatangkan, warga harus melakukan iuran untuk beli bahan bakarnya.
"Saya kaget ada salah satu kader pemberdayaan Desa menarik iuran ke warga untuk beli BBM, saya komplain, kenapa harus minta ke warga, dia menjawab 'beberapa uang saya yang terpakai belum diganti oleh pak kades, uang mana lagi mau dipakai, ya saya tarik dari warga'. jangan gitulah kasihan warga". Kata Irawan bercerita, Minggu ( 14/3).
Menurut Ir, nominal penarikan bervariatif mulai dari Rp.20.000 hingga Rp. 50.000, total yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp. 1.000.000
"Penarikan dilakukan dua kali, terkumpul Rp. 700.000 dan Rp. 300.000 total semua Rp. 1.000.000, untuk beli Solar Rp.700.000, yang 300.000 masih ada di Kadernya." lanjut nya.
Di singgung kenapa tidak menunggu bantuan dari pemerintah, mengingat pemerintah kabupaten juga menurunkan beberapa alat berat untuk evakuasi material sisa banjir, Ia menjawab situasi waktu itu semua serba bingung, hantaman banjir berkali-kali menyisahkan banyak trauma, dikuatirkan banjir susulan datang lagi dengan kondisi rumah lebih rendah dari ketinggian timbunan pasir maka warga berinisiatif gerak cepat.
"Memang ada alat berat dari pemerintah, namun masih mengerjakan di titik lain, sedangkan kondisi di sini banyak pondasi rumah sudah tertimbun pasir dan posisi rumah lebih rendah dari ketinggian pasir sisa banjir".
"Kami berusaha gerak cepat, bisa dibayangkan ketika posisi rumah lebih rendah dari halaman, ketika air datang lagi maka rumahnya langsung jadi tandon air" pungkas Irawan.
Untuk diketahui, banjir setinggi 1 meter lebih, bahkan di beberapa titik hingga mencapai 2 meter menggenangi sejumlah desa di kecamatan Dringu, paling parah terdampak adalah Desa Dringu, kecamatan Dringu kabupaten Probolinggo. Tidak hanya sekali, banjir datang hingga empat kali, dan prediksi masih akan berlanjut mengingat musim hujan masih berlangsung hingga beberapa minggu kedepan.(cul)
0 Komentar